Alkisah, ada seorang anak sekolah memiliki tubuh lebih pendek dibanding
teman-temannya yang lain. Setiap pelajara olahraga lari, ia sudah merasa kalah
dulu sebelum bertanding. Melihat hal ini, sang guru pun prihatin. Ia mencari
ide bagaimana menghilangkan ketidakpercayaan diri anak ini.
Suatu ketika, sang guru menantang si anak untuk beradu lari dengan
murid yang berlari paling cepat di sekolahnya. Sang guru berjanji, kalua si
murid kalah, ia tidak akan ditantang lagi untuk berlari dan nilainya juga tak
akan berpengaruh. Mendengar tawaran gurunya, anak ini pun setuju.
Singgkat cerita, hari yang dinanti pun tiba, dua murid yng bertanding
juga sudah siap beradu lari. Namun tanpa sepengetahuan si anak, ternyata baju
yang ia kenakan sudah dilumuri bau khusus. Maka saat mulai berlari dan si anak
ketinggalan, sang guru pun langsung melepaskan anjing terlatihnya. Alhasil si
anak ketakutan dan lari sekencang-kencangnya. Bahkan, ia bisa berlari melewati murid
yang paling cepat.
Saat itulah sang guru menghentikan aksi anjing terlatihnya dan
menasehati si murid, bahwa ternyata ia bisa berlari lebih cepat melebihi apa
yang diyakininya selama ini. Tak pantas lagi ia minder dengan kondisi tubuhnya,
sebab semua kerendahdirian itu hanya muncul jika ia sendiri yang menciptakan.
Mendengar itu, si anak pun berterima kasih pada gurunya dan berjanji akan
mencari potensi yang ia miliki agar tak lagi rendah diri.
Kisah tadi mengajarkan kita bahwa terkadang kita memang butuh dipaksa untuk mencapai kondisi yang tidak mungkin agar menjadi mungkin. Paksaan ini bisa kita munculkan dengan membiasakan diri mendobrak segala tantangan ataupun lewat bantuan sekitar, karena biasanya dari lingkungan inilah yang acapkali dirasa memberatkan, menyulitkan, bahkan membuat kita nyaris tak sanggup lagi.
Jangan patah semangat dengan ujian dan cobaan yang maha berat. Percaya dirilah pada kemampuan Anda, sebab ujian itulah yang membuat kita lebih tangguh, kuat, dan bertenaga untuk menyongsong sukses dan impian yang kita damba.
Komentar
Posting Komentar